Hikmah selama di rumah aja karena pandemik ini, saya jadi bisa mengikuti kelas-kelas yang sesuai dengan kebutuhan dan passion saya secara online. Kelas yang paling banyak saya ikuti tentu saja yang berkaitan dengan anak, mengingat anak-anak saya masih usia balita dan anak awal sekolah π. Ada kelas yang saya mengikuti sampai beberapa kali saking menariknya, yaitu tentang literasi dini dan otak anak. Mashaa Allah, ingin rasanya saya menulis semua materi penuh daging itu di sini, semoga niat baik itu dapat mengalahkan kemageran yang enggak kalah kuat mengikatπ
Ternyata literasi dini sebagai kemampuan calistung yang selama ini saya pikir hanya sebatas itu SALAH! Bukan salah total sih sebenarnya. Hanya saja, pengertian literasi dini sebagai kemampuan calistung itu sudah merupakan pemahaman literasi dini KONVENSIONAL atau PEMIKIRAN LAMA gaeees!
jadi, jadi, jadi, ada pembaharuan aka PEMIKIRAN BARU/MODERN?
Iyeeees!
Mengutip pengertian literasi dari UNESCO ini, Literasi adalah kemampuan/kebiasaan seseorang untuk mengidentifikasi, memahami, menginterprestasi, menerjemahkan, menafsirkan, mengkreasikan, mencipta, mengkomunikasikan, dan berurusan dengan komputasi.
Literasi mencakup proses belajar kontinyu yang menyebabkan seseorang mampu mencapai tujuannya, mmapu mengembangkan pengetahuannya, dan memunculkan potensi dirinya, hinga mampu berpartisipasi di dalam komunitas atau lebih luas. (UNESCO, 2017).
Waaah, ternyata kompleks sekali ya...
Jika dulu, literasi merupakan persiapan anak sebelum belajar baca tulis hitung, misal dikenalkan alfabet, diajarkan menulis angka, menyanyi a,b,c... literasi sekarang lebih menekankan pada proses berpikir. Kecakapan proses belajar SEUMUR HIDUP, mencakup berbagai skill kecakapan hidup untuk mencapai tujuannya, sesuai yang dibutuhkan di zamannya.
Pernah enggak sih kita mendengar atau bahkan terlibat dalam perang dingin tentang kapan anak mulai belajar membaca? Berbahayakah untuk anak diajarkan membaca sebelum usia 7 tahun? Ketika anak terpaksa belajar membaca, cara belajar membaca yang tidak ramah anak, belum lagi berbagai metode belajar membaca yang sangaaaaaaaaat banyak, sampai kita mungkin sebagai orang tua yang menginginkan hal terbaik untuk anak bingung sendiri.
Sebenarnya, hal ini terjadi ketika kita memahami bahwa membaca dan menulis adalah sebuah kemampuan membaca dan menulis atau hanya berkomunikasi saja, namun belum melibatkan proses berpikir anak.
Menurut saya, ini menarik sekali. Jika pada mindset lama belum terlihat aktivitas berpikir dan pemaknaan lebih jauh yang sesuai konteks, pada mindset baru ini kemampuan proses berpikir ditanamkan/dilatih sejak dini, mencakup bebagai skill untuk mencapai tujuannya nanti. Bukan hanya belajar calistung, namun memiliki daya saing untuk menghadapi zamannya nanti. Bukan zamannya kita atau zaman dulu. Namun zamannya anak! yang mungkin berbeda dengan zaman kita sekarang.
Jadi, tujuan literasi saat ini adalah mempersiapkan dari titik awal sampai kita mengetahui ke arah mana potensi diri anak dan meraihnya.
Melalui pemahaman literasi dini modern ini, anak belajar calistung yang sesuai science sekaligus memahami konteks dirinya dan lingkungan hidupnya, juga berinteraksi dengan materi yang beragam, menggunakan proses berpikir, mengidentifikasi, memaknai. Berbagai konteks yang mengembangkan potensi diri, hingga memungkinkan seseorang (dalam hal ini anak kita) bisa bermanfaat di lingkungannya.
Gimana sih caranya biar kita bisa mencapai tujuan literasi dini seperti yang seharusnya itu? Kayaknya kok sulit dan ribet ya?
Big no...no...no...
Semua ini bisa kita lakukan se-gentle mungkin, lho...
Serius!
Pertama yang harus kita ketahui adalah pentingnya sirkuit bahasa sebelum literasi. Mengapa ini penting? Karena dari sinilah awal mula semuanya.
FYI, bayi di trisemester tiga dalam kandungan telah dapat mendengar, lho! Jadi, literasi dini pada anak dapat dimulai dari sini! caranya simple aja, kita bisa bercakap-cakap sama bayi. Meskipun ia belum lahir, meski hanya beberapa kalimat sederhana, meski mungkin awalnya terasa aneh seolah bicara sendiri, tapi tak apa... biasanya bayi dalam kandungan kita akan merespon ketika kita mengajaknya berbicara. Awesome!
Nah, seperti yang ditulis di atas, cikal bakal sirkuit literasi anak adalah BAHASA. So, untuk mengenalkan keberagaman literasi lainnya (seperti literasi science, literasi financial, dan lain sebagainya), seseoran harus mengetahui telebih dahulu literasi yang satu ini, yaitu kemampuan berbahasa.
Apa saja sih yang bisa kita lakukan agar anak memiliki kemampuan berbahasa?
ayah membacakan buku bersama anak-anak
Banyaaaak dan sebenarnya hal yang lumrah kita lakukan bersama anak, paling sederhana itu mengajaknya bercakap-cakap, bisa juga dengan bernyanyi, membacakan buku-buku berima dan kata berulang, bahkan hanya dengan bermain "ci...luk...ba..." saja, itu juga termasuk cara menstimulasi bahasa anak!
Satu tahun pertama kehidupan anak, setelah kemampuan penglihatan, sensori telah berkembang, anak akan "mengaitkan" antara mimik wajah dan emosi dengan kata. Misalkan saat kita bermain "ci...luk...ba" dengan anak dan ekspresi wajah kita senang, anak akan memaknai bahwa kata ci...luk...ba... itu adalah sesuatu yang menyenangkan, Nah, di sini anak mengindentifikasi dan cara anak belajar emosi.
wah...wah... benar-benar bisa dilakukan senatural mungkin ya... π
Pernah lihat grafik Human Brain Development seperti di bawah iniπ
Human Brain Development ini sangat...sangat seru dibahas dan tentunya masih berkaitan dengan gimana cara menstimulasi proses berpikir anak sejak dalam kandungan sampai usia remaja.
Pertanyaan-pertanyaan seperti,
"Apakah anak yang sering terpapar dengan lingkungan literasi akan secara natural/otomatis jadi bisa membaca?"
"Mengapa anak yang berminat membaca tiba-tiba seperti kehilangan minat untuk membaca sendiri?"
"Mana yang kita pilih, anak yang hanya memiliki tulisan bagus atau anak yang mampu menghasilkan karya tulis? atau justru keduanya?"
Selanjutnya, saya akan menulis tentang ini. Rajin-rajin berkunjung ke blog ini yaπ
Semoga bermanfaat ya... sampai ketemu ditulisan selanjutnya, terima kasih telah berkunjung dan membacaππ.
Notes : Beberapa kegiatan literasi dini di rumah bersama anak-anak juga ada saya post di instagram @aische_ahmad
Tidak ada yang sia-sia dengan membuka diri terhadap literasi. Akan menambah wawasan, ilmu maupun pengetahuan
BalasHapussetuju mba, kemampuan berbahasa dan "membaca" bisa dimulai sedini mungkin. bisa dengan membacakan buku ketika masih di kandungan, dilanjutkan dg ngajak ngobrol ke bayi. kemudian mengenalkan buku ke anak. pada tahap ini tentu saja kita sbg orangtua yg membaca. tujuannya bukan membuat si anak bisa membaca sejak balita. harapannya, dg sering melihat buku, anak terbiasa melihat huruf dan mengembangkan imajinasi lewat gambar2 yg dilihatnya
BalasHapusdengan membaca seolah kita sedang membuka jendela dunia...dan kita bisa membaca harus menguasai bahasa lebih dahulu. Tuhan menciptakan manusia bertahap-tahap, demikian juga tahap pengetahuan mulai sejak dini, dari mengenal suara, bahasa sampai akhirnya bisa mengenal kata-kata dalam bacaan.
BalasHapusKeren sekali artikelnya , menambah wawasan kita memahami literasi yang sebenarnya. Salam hangat selalu..
Manifestasi rendahnya pendidikan literasi di Indonesia salah satunya tampak dari skor Indonesia selalu berada di urutan terbawah dalam tes PISA beberapa tahun belakangan ini. Ironis memangπ
BalasHapusSuka bagian ketika anak sudah berliterasi sejak dini yaitu ketika trimester tiga kehamilan π Jadi punya ide baru niy dari baca tulisan mba. Tantangan banget ya jadi ortu zaman now, semoga kita selalu semangat yaaa mba
BalasHapusDunia literasi adalah dunia yang keren menurut saya...membaca tak terbatas ruang, waktu dan usia..kegiatan sederhana, namun berdampak besar bagi kehidupan kedepannya...
BalasHapusbetul mbak proses belajar anak bisa dimulai dari dalam kandungan sesimpel menyapa "hi anak mami apa kabr?" sambil elus2 perut kita. atau baca buku atau bahkan nyanyi hehehe.
BalasHapusSejak masih bayi aku sudah ngenalin konsep baca buku ke ale. Aku mengenalkan dia gambar yg ada di dalamnya. Penting banget sih mengenalkan anak literasi sejak dini, tapi jangan di paksa untuk cepat bisa krn daya tangkap anak kna beda2. Senatural mungkin aja biarkan dia berkembang dengan sendirinya.
BalasHapusIya kita sering salah kaprah ya Sar, akhirnya anak dipaksa les baca formal di usia balita..banyak lho di sini..kasihan..m
BalasHapus